Kupas Tuntas Cara Budidaya Jamur Shiitake

Share it:


Budidaya Jamur Shiitake - Jamur shiitake (Lentinula edodes) adalah jamur konsumsi yang berasal dari Daratan China. Kepopuleran jamur ini meningkat berkat andil masyarakat Jepang yang menyebarkannya ke seluruh dunia. Sehingga di manapun tempatnya, jamur yang berbentuk menyerupai jengkol ini tetap dinamakan shiitake.

Di habitat aslinya, jamur shiitake tumbuh dan berkembang biak pada batang pohon shii yang sudah lapuk. Ciri-ciri jamur ini yaitu memiliki payung berdiameter lebar yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Bagian atas payungnya berwarna cokelat tua, sedangkan bagian bawah payungnya berwarna putih. Jamur shiitake bisa ditemukan di pegunungan-pegunungan sepanjang kawasan Asia Timur hingga Asia Tenggara.
 
Budidaya Jamur Shiitake
Jamur Shiitake
Budidaya jamur shiitake paling ideal dilakukan di daerah yang memiliki ketinggian 700 sampai 1.200 meter dpl. Mengingat jamur shiitake tumbuh secara alami di hutan rimbun yang bersuhu rendah, maka tempat pemeliharaannya juga perlu disesuaikan sedemikian rupa agar intensitas cahaya dan tingkat kelembabannya menyerupai tempat asalnya. Begitupun dengan media pertumbuhan jamur shiitake sebaiknya dibuat mendekati kondisi tempat tumbuh jamur ini di alam.

1. Persiapan Ruangan Budidaya
Sebagaimana jamur-jamur yang lainnya, budidaya jamur shiitake biasanya dilakukan di ruangan tertutup. Hal ini dilakukan guna menciptakan kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli jamur shiitake tumbuh. Ruangan bisa berbentuk bangunan permanen agar lebih awet dan lebih mudah dirancang.

Untuk memaksimalkan ruangan budidaya, sediakan beberapa rak bertingkat sebagai tempat menyusun kantong-kantong baglog jamur shiitake secara vertikal. Biasanya, rak-rak ini terbuat dari material bambu tua sehingga biaya pembuatannya lebih rendah, daya tahannya lama, dan tidak mudah lapuk. Semakin tinggi rak yang disediakan, semakin besar pula daya tampung ruangan tersebut. Namun perlu diperhatikan juga aspek kemudahan aksesibilitas dalam pemeliharaan jamur-jamur ini nantinya.

2. Pembuatan Media Pertumbuhan

Perlu diketahui bahwa di lingkungan aslinya, jamur shiitake layak dipetik setelah usianya mencapai lebih dari 12 bulan. Dengan memanfaatkan media penanaman yang tepat, anda bisa mempersingkat waktu panennya menjadi sekitar 6 bulanan.

Selain serbuk kayu, media penyimpanan juga membutuhkan bekatul sebagai sumber nutrisi, kapur (CaCO3) sebagai pengatur tingkat keasaman, dan air sebagai pengencer media agar mudah tercampur rata. Adapun komposisi yang biasa digunakan yaitu serbuk kayu sebanyak 80-90 persen, bekatul sejumlah 5-15 persen, kapur sekitar 1 persen, dan air secukupnya sampai media mengandung 65 persen air. Untuk meningkatkan kandungan nutrisi yang terdapat di dalam media log, disarankan menambahkan biji-bijian hingga 1-2 persen.

Setelah media penanaman selesai dibuat, media tersebut belum bisa dipergunakan langsung. Media harus melewati proses fermentasi terlebih dahulu selama 4-7 hari agar kondisinya benar-benar ideal untuk pertumbuhan jamur. Caranya yaitu masukkan campuran media penanaman tadi ke dalam ember besar, lalu tempatkan di ruangan yang lembab dan terlindungi. Setiap hari, media perlu dibalik sedemikian rupa untuk mematikan kandungan jamur liar di dalamnya. Proses fermentasi bisa dikatakan selesai apabila telah melewati waktu yang disarankan dan warna media berubah menjadi cokelat tua agak kehitam-hitaman.

Langkah berikutnya adalah proses sterilisasi media penanaman. Pertama, media dimasukkan ke dalam kantong plastik baglog lalu dipadatkan. Selanjutnya, kukuslah media penanaman tersebut menggunakan uap air bersuhu 90-110 celcius selama 5-7 jam. Tujuan proses sterilisasi adalah untuk menyucikan baglog dari hama, kuman, bakteri, dan bibit penyakit. Ketiga, letakkan media-media penanaman jamur shiitake ini ke dalam ruangan yang telah dipersiapkan dan biarkan selama 24 jam agar suhunya kembali normal.

3. Penanaman Jamur Shiitake

Seluruh rangkaian proses penanaman bibit jamur shiitake dilakukan di ruangan yang bersih dan steril. Semprotkan lah cairan alkohol ke kapas penyumbat botol bibit F3 lalu panaskan kapas tersebut memakai api spiritus sampai sebagian permukaan kapasnya terbakar. Setelah itu, matikan api yang menyala dan lepaskan kapas penyumbat tadi untuk membuka botolnya. Aduk-aduk sebentar isi botol menggunakan kawat yang sudah disterilkan. Selanjutnya, oleskan bibit ke permukaan bagian leher baglog hingga tertutupi penuh. Sebagai lapisan teratas, tutup kembali permukaann baglog menggunakan kapas di bagian atasnya.

Yang perlu diperhatikan dengan seksama saat menanam bibit jamur adalah aspek kebersihannya. Hal ini dikarenakan, kondisi bibit saat berada di stadium miselium masih rentan sekali terhadap perubahan lingkungan. Perubahan kondisi sekecil apapun akan berpengaruh besar terhadap tingkat kesuksesan budidaya yang anda lakukan. Selain itu, perhatikan juga aspek kelembaban dan temperatur di ruangan penanaman.

4. Proses Inkubasi Media Tanaman
Proses inkubasi adalah proses pemeliharaan miselium pada baglog. Proses ini biasanya dilakukan di dalam ruangan yang bersuhu konstan sehingga tingkat kelembaban di dalam baglog dapat dipertahankan. Tidak dianjurkan mengatur kelembaban ruangan, baik dengan menyemprotkan air atau cara lainnya. Hal ini dikarenakan meningkatnya kelembaban ruangan inkubasi tidak berpengaruh besar terhadap kelembaban di dalam plastik. Salah-salah justru kelembaban ruangan bisa memunculkan spora-spora liar yang malahan bakal mengganggu pertumbuhan bibit jamur.

5. Pemeliharaan dan Perawatan Baglog
Jamur shiitake mempunyai keistimewaan karena tingkat kesulitan pemeliharaannya tergolong mudah. Bentuk perawatan yang harus diberikan selama membudidayakan jamur ini relatif lebih sederhana dibandingkan dengan budidaya jamur yang lainnya. Adapun metode perawatannya meliputi menjaga kondisi di dalam ruangan, membuka kapas seperlunya, dan memberikan rangsangan tertentu agar pertumbuhan jamur lebih optimal.

Setelah baglog dipenuhi miselium sepenuhnya, berikutnya baglog-baglog tersebut dapat dipindahkan ke ruangan pemeliharaan. Selalu ingat bahwa saat ini anda berhadapan dengan jamur yang notabene sangat rentan terhadap serangan kuman dan bakteri. Sehingga kebersihan ruangan dan peralatan perlu menjadi prioritas utama.

Setelah melewati tahap pertumbuhan miselium, proses berikutnya akan muncul benjolan-benjolan pada baglog kamu shiitake yang terlihat menyumbul dengan ukuran bervariasi. Pada tahap ini, anda bisa melonggarkan sedikit susunan kapas pada baglog tersebut supaya sirkulasi udaranya menjadi lancar. Beberapa hari kemudian, terjadi proses pigmentasi yang ditandai dengan perubahan warna baglog menjadi kecoklat-coklatan. Artinya, anda bisa membuka kapas penutup baglog sepenuhnya agar permukaan baglog tersebut mengeras seperti batang kayu. Hal ini terjadi sebagai bentuk pertahanan diri jamur shiitake baik untuk menjaga kondisi kelembaban di dalam baglog maupun terhadap kemungkinan serangan dari jamur-jamur liar.

Tahap selanjutnya adalah pemberian rangsangan fisik agar proses pembuahan jamur shiitake berjalan lancar yakni dengan memanfaatkan semprotan air untuk membuat suhu baglog menjadi dingin. Metode yang lain, bisa juga dengan merendam baglog ke dalam air bersuhu 15 C selama semalaman penuh. Setelah proses perangsangan selesai dilakukan, anda bisa menata kembali baglog-baglog tersebut ke rak penyimpanan.

Proses pemeliharaan berikutnya adalah pengaturan kadar oksigen dan kelembaban udara di dalam ruangan. Proses ini dilakukan dengan mengatur posisi ventilasi udara, seperti membuka jendela ketika hujan dan menutupnya saat terik. Sedangkan untuk mengatur kelembaban udara ruangan bisa dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara, bukan ke baglog.

Kunci utama dalam budidaya jamur shiitake adalah menjadi kondisi kadar air di dalam baglog harus terus dipertahankan pada angka 55-65 persen. Apabila kadar airnya terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka proses pembentukan primordial pada jamur shiitake bisa terganggu. Adapun cara mempertahankan kadar air di dalam baglog adalah dengan menjaga tingkat kelembaban udara di ruang budidaya berkisar 80 sampai dengan 90 persen. Setelah pertumbuhan jamur shiitake sudah cukup dewasa, atur kembali tingkat kelembaban udara di ruangan berada di antara 65-85 persen. Apabila kelembaban terlalu tinggi tekstur jamur yang dihasilkan akan terlalu lembek dan mudah membusuk. Sedangkan jika tingkat kelembaban ruangannya rendah, pertumbuhan jamur shiitake-nya kurang optimal, kecil, dan teksturnya terlalu keras.

6. Proses Pemanenan Jamur Shiitake

Pada umumnya, proses pemanenan jamur shiitake dapat dilakukan setelah 5-6 bulan sejak proses inkulasi yakni ketika tudung payung jamur sudah membuka hingga 60-75 persen. Setiap baglog bisa dipanen sampai 2-3 kali per masa panen dengan waktu istirahat selama 6 bulan. Pemanenan yang terlalu lama akan menyebabkan kualitas jamur menurun, sedangkan jika terlalu cepat dilakukan maka hasilnya kurang maksimal dan kualitasnya masih rendah.
Proses pemanenan jamur shiitake dilakukan dengan memotong batang-batang jamur yang telah layak. Selanjutnya, jamur dikumpulkan di satu tempat dan disortir menurut ukuran lebar payungnya. Terakhir adalah mendistribusikan jamur-jamur ini ke pengepul, pasar tradisional, supermarket, dan restoran-restoran ala Asia Timur.
Sumber : tipspetani.blog
Share it:

Inspirasi Berkebun

Post A Comment:

0 comments: